Search This Blog

Wednesday, December 29, 2010

Keseimbangan Kehidupan Dalam 4 Unsur Alam bagi Kepemimpinan

Berbagai hal dalam kehidupan ini banyak yang bisa dipelajari dan diambil hikmah di dalamnya. Memang dikatakan dunia merupakan tempat bala dan siksa bagi seluruh insan di mana dunia merupakan tempat bala dan ujian. Namun tidak bagi orang - orang yang mau ridha, ikhlas, syukur, sabar dan mau mempelajari apa yang nyata di alam dunia ini.

Sesungguhnya dunia adalah hamparan nikmat yang terbentang luas yang nyata terlihat. Saking nyatanya dunia ini banyak orang yang terkecoh akan kenyataannya. Memang semua terlihat nyata dan ada. Tetapi, ada apa gerangan dengan dunia ini sedangkan mayoritas orang melihat secara kasat mata. Ketahuilah sesungguhnya apa yang terlihat pada dunia atas kenyataan dan keberadaan bukanlah wujud dunia sebenarnya.

Dunia terdiri dari 4 (empat) unsur utama dimana semua itu merupakan perwujudan dari sifat kepemimpinan atas bagian dari alam semesta. Dalam unsur-unsur tersebut tersembunyi sebuah makna kehidupan dimana ke empat unsur tersebut saling berdampingan satu sama lain dengan keseimbangan. Keseimbangan akan ada jiakalau apa yang di sebut dengan unsur kehidupan itu setara. Kesetaraan unsur alam selalu terjaga, namun ketidak seimbangan unsur alam dapat menimbulkan bala dan bencana pada dunia. Baik bala maupun bencana yang terjadi semua itu disebabkan oleh perbuatan kotor atas campur tangan manusia baik secara lahir maupun bathin.

Berikut empat unsur dalam kehidupan beserta penjelasan dari sifat kepemimpinan yang dimiliki setiap manusia:

  1. Api pada dunia merupakan unsur yang bersifat panas murni di mana api pada diri seorang pemimpin mewakili sifat Tegas.
  2. Air pada dunia merupakan unsur yang bersifat dingin dan memiliki bentuk sesuai tempatnya. Air dapat berubah bentuk sesuai di mana ia di tempatkan, oleh karena itu air melambangkan sifat kebijaksanaan.
  3. Tanah, unsur ini selalu bersifat diam, dalam kehidupan tanah merupakan tempat berpijak bagi seluruh mahluk. Karena tanah merupakan unsur yang diam maka tanah mewakili sifat ketenangan dan kesabaran.
  4. Angin dalam kehidupan selalu dalam keadaan tak menentu dan berhembus ke segala arah yang berirama namun tak menentu dimana keberadaannya. Pada jiwa seorang pemimpin angin sebenarnya adalah bersifat sebagai pengatur.
 Unsur-unsur tersebut satu sama merupakan unsur yang perlu diseimbangkan dalam apa yang terjadi dalam kehidupan seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus bisa mengatur sifat ketegasannya yaitu laksana angin yang mengatur arah api. Seorang pemimpin harus bersikap bijak dalam mengambil keputusan secara tegas agar dapat mempertimbangkan berbagai sisi namun ia harus dalam keadaan tenang. Semua itu laksana sebuah siklus kehidupan dimana air kutub utara dan selatan sebagai kompres dunia. Api menjaga agar air tidak terus membeku pada wilayah khatulistiwa dan sekitarnya agar bisa menempati ruang dan dapat berubah bentuk. Angin tentunya bertiup ke segala penjuru arah membawa unsur panas dan dingin hingga mengatur apa yang dinamakan suhu dengan panas yang ke arah dingin dan sebaliknya. Tanah yang diam menopang air yang ada diatasnya dengan kuat dan kokoh, menjadikan gunung dan bukit sebagai pasak dimana selalu menyimpan api yang teramat sangat banyak.

Jadi itulah sebuah keseimbangan dalam kehidupan dunia yang memiliki kesamaan terhadap kepemimpinan. Pemimpin itu memiliki sifat kebijaksanaan yang tegas, mengatur dengan mempertimbangkan segala arah dan selalu berada dalam ketenangan.

Pemimpin itu dimulai dari hal kecil, yaitu diri sendiri. Pemimpin tak harus merasa dirinya benar, namun tak harus pula disalahkan. Perkara benar atau salah sebenarnya dapat dilihat dari sesuatu hukum sebab-akibat. Tiada ada akibat tanpa adanya sebuah sebab namun antara sebab dan akibat pada kebenarannya bukanlah sesuatu yang dapat memberi bekas.

Monday, December 27, 2010

Apalah Artinya Semua Itu

Apalah artinya semua itu...??? Berkali-kali perasaan ini goyah berkali-kali pula Engkau mengingatkanku tentang semua itu wahai Tuhanku. Sekarang aku sadar kenapa selama ini kehidupanku selalu mengalami kegagalan cinta. Padahal aku memang niat untuk setia kepada kekasih hatiku. Kenapa wahai Tuhan engkau tak mau dekatkan aku dengan orang yang ku sukai. Apakah keterakuanku atas Dirimu itu besar sehingga diri ini kau kehendaki sebuah hal yang saling bertentangan satu sama lain. Antara perkara lahir dan bathin.


Jikalau ini memang benar kehendak Mu diri ini ridha atas segalanya, tetapi jikalau ini bagian kekhilafan ku atas apa yang dinamakan keterakuan pada diri ini maka dengan mohon ampun ku bertobat. Meski tobat ini tak mampu pula menutupi kesalahanku maka kumohon keridhaan Mu. Ku berserah pada Mu atas segala kehidupan ku. Jikalau memang begitu terserahlah sekarang apa mau Mu.

Ku percaya segala apa yang menjadi keputusan Mu itulah yang terbaik. Ku percaya diriku adalah bagian dari Mu meski ku tak harus mengaku AKU. Ku percaya setiap sesuatu yang terjadi adalah nikmat entah baik atau buruk menurut pandangan orang awam. Pada malam ini ku tulis perjalanan hidup seorang anak manusia akan kegagalan cintanya. Meskipun ia gagal dalam cintanya ia akan berusaha untuk terus mengenal cinta sejatinya. Cinta sesungguhnya dari yang nyata hingga terlalu nyata sampai tak bisa di ungkap oleh kata-kata. Yang tak dapat tertulis dan bersuara.

Mungkin aku memang diciptakan untuk tidak terlalu mencintai perhiasan dunia Mu. Terimakasih engkau telah membimbing diri ini agar benar - benar dapat Mahabbah kepada Mu. Terima Kasih pula atas keridhaan diri ini menerima rasa dalam rahasia. Ku percaya segala ketentuan Mu adalah yang terbaik. Kuserahkan semua keinginan ku pada Mu. Karena daya dan upaya hanya pada Mu. Sungguh rasa syukur ku pada Mu atas adanya perasaan cinta ini, perasaan cinta yang wajar yang dimiliki setiap insan. Semoga rasa cinta ini merupakan rasa seorang insan kamil yang tak takut kehilangan atas perhiasan dunia. Rasa yang berserah kepada yang Maha Tahu atas segalanya.

Pada saat ini kutulis harapan yang benar nyata adanya. Kunyatakan harapan itu senyata-nyatanya atas kehendak Yang Maha Nyata.