Search This Blog

Sunday, December 17, 2017

Dari Buruh menjadi Seorang Guru (Sebuah Cerita)

Siapa sangka seorang buruh biasa yang hanya bekerja secara kasar menjadi guru hingga sekarang. Toch sebelum menjadi guru dia hanya bekerja mengantar barang di sebuah perusahaan distributor. Nama pekerjaannya sebenarnya sih keren menjadi "helper" kalau di Inggris kan. Kalau di Indonesiakan yak jadinya pembantu dibahasa kasarkan hanya buruh biasa yang kedudukannya dianggap paling bawah di perusahaan, maklum juga perusahaannya makai yang namanya manajemen dewa zeus dengan sentralisasi tinggi dan formalisasi rendah yang artinya apapun jalannya pekerjaan itu tergantung atasan atau pemilik perusahaan (sebenarnya dia juga bukan pemilik perusaan namun hanya menjalankannya, anggapannya seperti pemilik perusahaan karena kata-katanya sakti laksana dewa). Pada awal mula sang buruh itu bekerja seperti biasa ngumpulin uang, terkumpul dan habisin. uang yang terkumpul berasa kagak guna, lambat laun sang buruh berpikir mau d apakan nih penghasilan. Nih penghasilan buat modal usaha juga tanggung, di kumpulin ya habis juga karena nilai uang tiap tahun pasti menurun akibat dari inflasi.

Oke, dengan pikiran terbuka sambil di bawa tenang, maka di pilihlah kuliah sebagai jalan pintas. Padahal kan maksud kuliah juga hanya buat ngisi waktu malam yang kagak berguna soalnya pada malam hari itu memang santai lah. pagi ampe sore kerja trus malam nya nonton tv dan tidur kalau d pikirkan koq gitu aja yak ampe metalica nyanyi lagu shalawat kayak Bang Opick. Menjalani awal mula kuliah emang menyenangkan lah, dapat teman baru bahkan incaran baru, cieeeeee.... namun apa daya ni orang juga sadar diri, ingat pagi ampe sore kau itu buruh gak usah ngincer anak kuliahan yang pemikirannya elit gito loeh... fokus fokus ulalala ama belajar, nuntut ilmu. Untungnya kuliah itu sambil bersosialisasi, berteman akrab hingga nunjukin talenta di ranah akademik. bahkan teman kuliah sendiri memberi gelar "professor" (padahal itu gelar sebutan aja lha bukan gelar akademik). Amiiiiiiiiin ntar beneran deh kalau bisa punya gelar asli professor di depan nama, cieee ngarep nih... tapi itu doa lho dari teman semua secara tidak langsung. intinya di lingkungan akademik itu menyenangkan lah... berteman, baper baperan ama cewek, presentasi ampe kaya debat kusir, suka duka udah di lalui pokoknya selalu berkesan deh lingkungan akademik kampus. (ampe nunda skripsi selama satu tahun malah, anjayyyyyyyyyy)

But wait, lingkungan akademik emang menyenangkan... dalam lingkungan kerja malah berbanding terbalik lho, ya jelas buruh lah. Mulai dari tekanan si bos, hinaan dari rekan kerja sendiri, di sikut rekan kerja sendiri ampe jadi orang koq di iri in ama rekan kerja sendiri. Boleh di kata waktu kerja sambil kuliah di hina begini "percuma aja kuliah, sarjana aja banyak pengangguran" kata si kepala gudang "liat nih aku, kagak kuliahan pengalaman kerja banyak, sekarang posisi kepala gudang" okeyyyy u are the best lah dalam hati saya tapi nih terus terusan di hina saya, yang namanya kesabaran juga ada batasnya akhirnya ya mau gak mau saya lawan lah dengan metode fight. tiap bekerja gak bisa di singgung sedikit saya langsung blunder, gak bisa nih kepala gudang bicara hal hal mengenai kehidupannya dengan tinggi hati langsung di bikin sendiri konflik. Bila datang ke gudang abis ngantar barang ya, bikin drama sendiri hingga akhirnya menang dari si kepala gudang dan kepala gudang milih pindah ke gudang lain daripada harus berhadapan dengan sang malaikat mautnya.

Dari hinaan akhinya terbuka lagi pikiran baru pertama lulus sarjana ke mana (kaya perjudian aja), tapi kan kuliah esensi nya nuntut ilmu dan belajar lebih banyak lagi akhirnya kembali ke esensi itu. masalah kemana setelah lulus yah gak usah di pikir dlu yang penting belajar. Sebenarnya terimakasih yang amat banyak lho atas kotoran yang berupa hinaan itu, akhirnya dengan belajar dari klinik tong pang saya bisa bikin ni kotoran jadi pupuk... eh koq malah lari jadi seperti anak meme sih. sebenarnya tulisan ini adalah pertama kalinya saya menulis dengan bahasa ringan dan berekspresi. biasanya kan tulisan nya isinya berat amat. sekali kali lah bikin cerita pake bahasa gak baku. maklum nih penulis zaman now.

dekat dengan penghujung kuliah, masih dengan rutinitas yang sama di cobalah berinteraksi ke dunia luar mulai dari dunia hiburan sampai dunia politik hingga membentuk organisasi sendiri yang berasal dari komunitas abis di kudeta pemimpinya karena di anggap semaunya lah ama anggotanya. selain bermain di komunitas itu juga ada pula berorganisasi di sayap partai politik tingkat provinsi. di sanalah diri di tempa mulai dari awal ampe akhir itu pulalah yang menjadi salah satu alasan mengapa kuliah kagak berasa tertunda selain faktor X1 adalah pekerjaan, X2 adalah organisasi, X3 adalah rasa baper karena incaran sendiri di rebut kawan (ciieeeeeee mampus lho rasakan gimana tuh pengalaman di tikung teman sendiri) dan beragam faktor X lainnya. Dengan dipilihnya menunda kuliah, saat awal mula mengurus skripsi pekerjaan buruh mulai di abaikan sedikit demi sedikit, sambil curi curi waktu di pekerjaan, wajarlah kawanmu sendiri nikam dari belakang dengan omongin macam-macam soalnya integritas di pekerjaan kurang. Gak enak, ya emang gak enak mesti gimana lagi demi penghujung kuliah. mulai dari awal mula proposal skripsi sampe usai sidang ceritanya banyak mangkir dari pekerjaan dan abstain (padahal gak kerja 1 hari aja upah sebesar 150rb lebih hilang dalam seminggu, yah gapapa lah emang banyak lho pengorbanannya)

tiada pengorbanan yang sia-sia semua pasti ada hikmahnya (moga aja beneran dapat pasangan namanya hikmah hahahahaha). dimana lagi payahnya ada tawaran menjadi operator komputer di sekolah swasta dari keponakan sendiri. Pada saat itu sudah di bilangin jadi operator di sekolahan itu gajinya kecil, tapi tetap aja ngeyel ya biarin daripada capek capek memburuh yah uangnya sama aja. Akhirnya usai sidang skripsi move on dari pekerjaan sebagai buruh, jadilah seorang staff di sebuah sekolah swasta. sembari nunggu wisuda dan yudisium di situlah nunjukin talenta bahwa "saya adalah orang yang dapat diandalkan, dengan izin Allah SWT saya bergerak menyatakan diri menjadi mesin pendidikan demi memenuhi janji kemerdekaan yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 berbunyi: Mencerdaskan kehidupan bangsa." Saat itulah kehidupan berubah laksana negara api menyerang hanya avatar yang mampu mengatasi semua ini yaitu penguasa 4 elemen... eeeeh koq lari ke situ, kembali lagi ke cerita malam tadi, ups salah lagi. jadi ceritanya ini kalau di ringkas itu dari mesin perusahaan yaitu buruh, mesin politik yaitu anggota organisasi sayap partai politik dan akhirnya semua dilepas jadilah seorang mesin pendidikan sekaligus seorang guru dimana dialah pencetak generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, pengalaman hidup ini berharga sebagai seorang guru dimana berasal dari bidang ekonomi (bukan belajar dari lembaga pendidikan guru lho). Namun karena pengalaman berorganisasi yang kuat dan integritas dalam berorganisasi kuat maka jadilah dia seorang guru.

Intinya cerita ini ya di tengah (beneran aja, emang kue) "jadikan kotoran itu pupuk" artinya jadikan hinaat itu sebagai pertimbangan bahwa itu adalah kekuatan yang menyuburkan semangat kita untuk tumbuh menjadi lebih baik lagi. ini bukan tentang nilai uang yang di hasilkan dari diri melainkan tentang nilai kualitas diri yang lebih baik daripada sebelumnya. sekali lagi terimakasih banyak untuk pihak yang sudah terlibat dalam cerita ini, nikmat mana lagi dari kehidupan ini yang di dustakan. hasil pasti tidak mengkhianati